Manajemen Kesehatan Ular
Manajemen Kesehatan Ular

Oleh: SLAMET RAHARJO

Pendahuluan

Ular yang termasuk Klas Reptilia sejak dahulu kala  banyak menyimpan misteri kehidupan: dibenci sekaligus dipuja. Dahulu ular dianggap perwujudan setan yang membawa petaka karena menyebabkan Adam diturunkan ke bumi. Bangsa Yunani Kuno mempunyai Dewi Medusa yang digambarkan sebagai wanita cantik berambut ular. Masyarakat Tiongkok memiliki legenda Ular Putih yang terkenal. Masyarakat Jawa mempunyai mitos Nyi Blorong yang dapat memberikan kekayaan.  Masyarakat India dan Sri Lanka memiliki hubungan spiritual yang unik dengan berbagai jenis ular terutama kobra. Dunia banyak memanfaatkan ular untuk seni pertunjukan seperti sirkus dan tari ular. Pengobatan tradisional/alternatif juga banyak memanfaatkan bagian/organ tubuh ular sebagai bahan obat. Dunia Ilmu Pengetahuan juga tidak mau ketinggalan dimana Dunia Kedokteran/Medis menggunakan ular sebagai lambang, baik Kedokteran manusia maupun Kedokteran Hewan (Veteriner).
Dewasa ini pemanfaatan ular tidak hanya terbatas untuk pertunjukan dan pengobatan tetapi juga sebagai satwa kelangenan (pet animals). Sebagai satwa kelangenan, ular memiliki berbagai kelebihan dibanding satwa lain seperti anjing, kucing maupun burung. Anjing, kucing dan burung memerlukan  kandang yang luas dan perawatan intensif setiap hari. Ular menjadi lebih efisien karena tidak membutuhkan kandang yang luas dan tidak perlu makan setiap hari sehingga cocok sebagai satwa kelangenan bagi orang-orang sibuk.
Spesies ular yang paling umum dijadikan satwa kelangenan terutama genus Python, Boa, Morelia dan Liasis. Ular yang hidup liar di alam bebas jarang sekali mengalami gangguan kesehatan, namun ular yang dipelihara sebagai satwa kelangenan dan dipelihara dalam lingkungan manusia, tidak terlepas dari berbagai masalah kesehatan terutama infeksi saluran penafasan, saluran pencernaan dan infestasi parasit. Minimnya data medis dan literature tentang ular (behaviour, diet, reproduksi, obat-obatan, dll.) menjadi kendala bagi dokterhewan (praktisi) dalam menangani kasus-kasus gangguan kesehatan pada ular.

Taksonomi

Kingdom         : Animal
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Classis             : Reptilia
Subclassis        : Lepidosauria
Ordo                : Squamata


Familia
Jumlah Genus
Jumlah Spesies
Leptotyphlopidae
Typhlopidae
Anomalepidae
Acrochordidae
Aniliidae
Uropeltidae
Xenopeltidae
Boidae
Colubridae
Elapidae
Viperidae
Hydrophidae
2
3
4
2
1
8
1
27
292
61
7
1
78
180
20
3
9
44
1
88
1562
236
187
18
12 familia
409 genus
2426 spesies

Anatomi

            Anatomi ular sangat unik dan berbeda dengan reptilia lainnya.Tubuh ular memanjang dan kehilangan anggota gerak (tangan – kaki) sehingga organ tubuhnya juga berdifensiasi secara spesifik.
            Tengkorak  bertipe diapsid modifikasi dengan satu condylus occipital tunggal. Jantung memiliki 3 ruang (1 ventrikel, 2 atrium). Organ pencernaan mengalami modifikasi bentuk menjadi memanjang, limpa dan pancreas bersatu (splenopancreas) dan kantung empedu terpisah dari hepar. Sebagian ular memiliki bisa (venom) dan sebagian lagi memiliki organ pit sebagai pendeteksi panas untuk mengidentifikasi mangsa.
Struktur kulit menebal dan bersisik. Terjadi proses ganti kulit secara keseluruhan (ecdysis) secara periodik. Frekuensi tergantung umur, pakan, pertumbuhan dan temperatur. Ular muda dapat mengalami ecdysis 4 – 6 kali setahun dan  ular dewasa 1 – 2 kali setahun masih dalam batas normal.


Kandang

            Kandang ular dapat dibuat dari bahan gelas/kaca aquarium, fiberglass, kayu dan bahan sintetis seperti akrilik maupun plexiglas. Ukuran kandang disesuaikan dengan besar dan panjang ular, tetapi tidak ada batasan yang pasti untuk ukuran kandang. Lingkungan dalam kandang hendaknya dibuat semirip mungkin dengan habitat alaminya. Substrat untuk lantai kandang dapat menggunakan kertas koran, serbuk kayu, pasir/gravel maupun bahan sintetis. Cabang kayu dapat diberikan dalam berbagai ukuran dan ketinggian kandang. Tempat sembunyi dapat disediakan box transparan, kayu gelondongan, batu buatan menyerupai gua dan tanaman buatan.
            Tempat air disesuaikan dengan ukuran kandang dan besarnya ular. Tempat air dapat menggunakan tempayan tanah liat, keramik maupun bahan kaca yang berat sehingga tidak mudah tumpah. Tempat air berbahan plastik biasanya ringan menyebabkan air mudah tumpah dan mengotori kandang. Pada kandang berlantai tanah/semen tempat air minum dapat berupa bak semen permanen dengan lubang pembuangan. Idealnya tempat air dapat dipakai berendam ular sehingga dapat menambah kelembaban menjelang ecdysis. Tempat air harus dibersihkan dan diganti air bersih setiap hari.
Temperatur dan kelembaban kandang dimonitor dengan memasang thermometer dan higrometer. Temperatur ideal dalam kandang berkisar 25 – 30 o C dengan kelembaban 30 – 60 %. Spesies daerah padang pasir membutuhkan kelembaban yang lebih rendah. Kelembaban kandang yang terlalu rendah dapat memicu terjadinya disecdysis/ganti kulit gagal. Apabila temperatur kandang terlalu tinggi dan kelembaban terlalu rendah dapat diatasi dengan menyemprotkan air menggunakan sprayer halus secara periodik. Penambahan panas buatan seperti heating pad dan lampu penghangat harus hati-hati supaya tidak terjadi kasus kesetrum. Kandang yang tidak memungkinkan ular mendapat sinar matahari sebaiknya diberi lampu ultraviolet secara periodik.
            Disain kandang model kaca aquarium atau kandang besar sebaiknya memiliki tutup yang rapat untuk menghindari ular melarikan diri. Lubang kecil yang tampak lebih kecil dari badan ular dapat digunakan untuk meloloskan diri karena pada ular apabila kepala dapat masuk maka badan akan dapat melaluinya. Lubang ventilasi sebagai sarana pergantian udara dapat dibuat menggunakan kawat ram halus/strimin yang diberi bingkai sehingga tidak melukai rostrum dan kulit ular pada saat berusaha melarikan diri. Asesoris pendukung dalam kandang disesuaikan dengan jenis/spesies ular yang dipelihara, misalnya cabang/ranting kayu untuk spesies arboreal dan kayu gelondongan atau batu-batuan untuk spesies terrestrial.


Pakan

            Ular umumnya lebih menyukai mangsa hidup daripada pakan mati. Pakan yang biasa diberikan pada ular peliharaan dapat berupa mencit, tikus, katak, burung puyuh, ayam, dan mamalia kecil lain seperti marmut dan kelinci serta anak babi. Beberapa spesies aquatik hanya memangsa ikan dan amfibi (katak).
            Ular yang dipelihara sebaiknya dilatih untuk memakan pakan mati terutama rodensia. Jika  harus menginduksi dengan pakan hidup sebaiknya ditunggu sampai mangsa dibunuh dan dimangsa. Pakan rodensia hidup bila tidak segera dimangsa hendaknya segera dikeluarkan dari kandang karena dapat menyerang ular. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan diatas permukaan keras dan bersih agar substrat kandang tidak ikut tertelan. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan didasarkan pada observasi, rutinitas defekasi, behavior dan kebutuhan fisiologis. Ular yang sedang tumbuh  dan menjelang reproduksi (musim kawin) jumlah dan frekuensi makan  lebih banyak. Sebagai gambaran umum, ular python kurang dari 1 meter dapat memangsa 1-2 ekor mencit tiap 7 – 10 hari sekali dan seekor python dewasa dengan panjang 4 – 5 meter dapat memangsa 3 – 4 ekor ayam dewasa tiap 2 – 3 bulan sekali atau seekor anak kambing setiap 2 bulan sekali.

Perawatan Kesehatan

            Kebersihan menjadi kunci utama kesehatan ular dalam peliharaan.  Kebersihan ular dilakukan dengan memandikan ular secara periodic. Mandi ini dilakukan terutama setelah urinasi/defekasi. Frekuensi mandi dapat 2 – 3 kali per minggu.  Cara memandikan dengan memasukkan ular kedalam bak besar berisi air dan bila perlu disabun/sampoo untuk membersihkan kulit dari kotoran yang menempel pada permukaan kulit. Gunakan sabun/sampo bayi yang lembut supaya tidak menyebabkan iritasi dan merusak kulit. Selesai mandi segera dikeringkan dengan kain lap/handuk. Adakalanya ular menolak dikeluarkan dari bak air, bila ini terjadi biarkan ular berendam dalam air selama beberapa menit samapai beberapa jam baru diangkat.   Ular baru dimasukkan kembali kedalam kandang etelah kondisinya benar-benar kering.
            Kebersihan kandang dijaga dengan mengganti substrat alas kandang secara periodik. Substrat alas kandang berupa pasir/gravel dan serbuk kayu paling cocok digunakan untuk kandang besar berlantai semen/tanah karena dapat menyerap air dan memberi suasana dingin/sejuk dalam kandang, namun membutuhkan ketelatenan dalam membersihkan. Namun material ini kurang cocok untuk digunakan pada kandang aquarium karena cuaca di negara tropis yang cenderung hangat dan lembab memicu tumbuhnya jamur dan mikroorganisme pathogen. Penggunaan kertas koran sebagai alas kandang cocok untuk kandang model aquarium. Alas ini hendaknya segera diganti apabila ular urinasi/defekasi ataupun basah karena air minum yang trumpah.
            Pemeriksaan kesehatan secara umum hendaknya dilakukan secara periodik. Idealnya sebulan sekali dilakukan general check up untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum dan mengetahui adanya kelainan secara dini. Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan kepala, mulut, gigi, mata, kulit, muskuloskeletal, auskultasi organ dalam, kloaka dan ekor. Adanya kelainan pada saat pemeriksaan hendaknya segera dilakukan pemeriksaan  laboratoris secara lebih detail untuk dapat menentukan langkah penanganan dan pengobatan. Pemeriksaan gigi penting dilakukan untuk mengetahui adanya gigi tanggal yang terjebak dalam mukosa mulut/ginggiva yang dapat menyebabkan anoreksia dan stomatitis.
            Gangguan kesehatan yang umum dijumpai pada ular peliharaan bisanya berupa anoreksia/menolak makan, luka traumatik, fraktur tulang spinal, konstipasi dan distokia. Gangguan ini umumnya terjadi karena mismanagemant dan improper diets. Cara mengatasinya adalah dengan perbaikan manajemen perawatan dan manajeman pakan.  Gangguan berupa penyakit umumnya berupa infestasi parasit baik eksternal maupun internal dan infeksi oleh mikroorganisme biasanya viral yang diikuti infeksi sekunder bakteri. Infeksi viral yang disertai bacterial seringkali ditemukan pada kasus mouth rot/stomatitis, infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan. Penanganan penyakit infeksi ini dengan pemberian obat-obatan yang sesuai dengan agen penyebabnya. Pemberian  obat/medikasi harus dilakukan oleh seorang dokterhewan supaya pengobatan tepat untuk menghindari overdosis obat dan resistensi agen penyakit karena pengobatan yang salah.


Tips bagi Pemelihara Ular :


  • Ular baru harus dikarantina minimal selama 90 hari sebelum berinteraksi dengan koleksi ular lainnya
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik pada dokterhewan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan perkembangan ular anda
  • Penentuan jenis kelamin/sexing penting dilakukan agar ular berjenis kelamin sama tidak dicampur dalam satu kandang. Saat musim kawin jantan dewasa biasanya menjadi lebih aktif dan agresif.
  • Ular non venomous dapat dihandling tanpa alat, namun ular-ular venomous harus dihandling dengan alat bantu seperti plastic tubing, grab stick atau snake hook.
  • Ular sebaiknya tidak dipegang selama proses ganti kulit/ecdysis karena kulit muda yang belum sempurna gampang rusak dan kulit tua akan banyak menempel pada tangan sehingga menyebabkan stress fisiologis pada ular.
  • Hindari ular anda menjadi terlalu gemuk/obesitas. Obesitas pada ular peliharaan memicu munculnya penyakit degeneratif dan patah tulang punggung (fractur os vertebrae).
  • Manajemen perawatan yang baik menghasilkan ular yang sehat, jinak dan menarik.



Daftar Pustaka

Beynon, P.H., Lawton, M.P.C. and Cooper, J.E.  1992, Manual of Reptiles
British Small Animal Veterinary Association, Cheltenham.

Capula, M. 1989, Simon & Schuster’s Guide to Reptiles and Amphibians
of the World, Simon & Schuster Book Inc. New York.

Carpenter, J.W., Mashima, T.Y. and Rupiper, D.J. 2001. Exotics Animal
Formulary, 2nd  ed. WB Saunder Co. NY.

Cooper, J.E. and  Sainsbury, A.W., 1995. Exotic Species,  Mosby-Wolfe, London

Fowler, M.E. 1993. Zoo and Wild Animal Medicine Current Therapy. 3rd ed.
WB Saunders Company, Philadelphia

Frank, N. & Ramus, E.  1996. A Complete Guide to Scientific and Common
Names of Reptiles and Amphibians of the World.
N G Publishing, Pottsville.

Frye, F.L. 1991 a. Reptiles Care, an Atlas of Diseases and Treatment Vol. I.
TFH Publication Inc. New Jersey.

Frye, F. L. 1991 b. The Biomedical and Surgical Aspect of Captive Reptile
 Husbandry. Krieger, Malabar, Florida

Gans, C. 1975. Reptiles of the World. A Ridge Press Book.
Grosset & Dunlap Publishers Co. New York.

Grzimek, B. 1975. Animal Life Encyclopaedia, Vol. 6. Von Nostrand Reinhold Co.

Mader, D.R. 1996. Reptile Medicine and Surgery, WB Saunders Co. Philadelphia

Messonier, S.P. 1996. Common Reptile Diseases and Treatment. Blackwell.
Cambridge, Massachusetts.

Sharp,I. And Compost, A. 1994. Green Indonesia, Tropical forest Encounters.
Oxford University Press, Oxford.

Waters, M., Zwart, P. and Frye, F.L. 2000. A Guide to Snake,
A Royal Veterinary College. Cambridge, Massachusetts.

Read More
ENHYDRIS - Suatu kebanggaan bagi kami bisa diekspos oleh media, mungkin inilah hasil dari kerja keras kami. Kerja keras yang tak kenal lelah untuk mengubah pandangan atau persepsi orang tentang Reptil. Reptil bukan untuk di takuti tetapi reptil untuk dijaga dan disayang, mereka juga dapat menjadi hewan peliharaan seperti layaknya hewan peliharaan pada umumnya. Mereka mungkin kelihatan berbahaya, namun semua itu dapat kita rubah jika mereka kita jaga dan kita sayang.
ENHYDRIS Kampanyekan Cinta Reptil
ENHYDRIS Kampanyekan Cinta Reptil

Read More
ENHYDRIS - Jika mendengar kata ular, pasti yang bakalan ada di dalam benak manusia taringnya, kulitnya, dan yang paling ditakuti adalah bisanya padahal tidak semua ular itu berbisa. Ada beberapa ular yang tidak berbisa dan ada pula ular yang bisanya tidak mematikan. Maka dari itu untuk menambah wawasan teman-teman. Kita akan jelasin ular yang tidak berbisa hingga ular yang berbisa.

Berikut ciri-ciri ular berdasarkan bisanya :

Ular berbisa rendah :
  • Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
  • Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
  • Membunuh mangsanya dengan membelit
  • Bentuk kepalanya bulat  telur (oval)
  • Tidak memiliki taring bisa
  • Gigitannya tidak mematikan
  • Setelah menggigit langsung lari
Ular berbisa tinggi :
  • Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
  • Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
  • Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
  • Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
  • Memiliki taring bisa, racun mematikan
  • Kanibal
  • Setelah menggigit, masih tinggal ditempat

Berikut ini ciri ular yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas :

Berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, keluar siang, malam :
  • Ular King Kobra - Ophiophagus hannah
  • Ular Kobra Naja naja sputratix
Berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang :
  • Ular weling - Bungarus candidus
  • Ular welang - Bungarus fasciatus
  • Ular picung/pudak seruni
  • Semua jenis ular laut
Tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban :
  • Semua jenis ular phyton dan ular boa
  • Ular Pelangi - Xenopeltis unicolor





CONTOH ULAR YANG TIDAK BERBISA :

1. Elaphe radiata

Elaphe radiata

Species : Elaphe radiata Schlegel, 1837 
N.I. : Copperhead Racer, Striped Racer, Ular Trawang, Ular Lanang Sapi (Jawa), Ular Tikus. 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal berwarna hitam pada bagian tubuh depan 
  • Tubuh bagian depan belakang berwarna kuning 
  • Tubuh bagian ventral berwarna kuning 
  • Terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala 
  • Panjangnya ± 2000 mm 
  • Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang  memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang 
Habitat : Darat, lading 
Aktivitas : Diurnal, siang hari 
Tipe gigi : Aglypha 
Makanan : Burung dan Tikus 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan 

2. Elaphe flavolineata

Elaphe flavolineata
Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837 
N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa). 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang belang dengan putih bagian depan 
  • Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang) 
  • Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam 
  • Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman 
  • Panjangnya ± 2400 mm 
  • Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang 
Habitat : Darat -lading 
Aktivitas : Diurnal - siang hari 
Makanan : Kadal, katak dan burung 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang 

3. Ptyas korros


Ptyas korros
Species : Ptyas korros Schlegel, 1837 
N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan 
  • Sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya. 
  • Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning. 
  • Mata bulat, besar dan hitam. 
  • Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal). 
  • Panjangnya 300 mm – 1700 mm 
Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon 
Tipe gigi : Aghlypa 
Aktivitas : Diurnal 
Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

4. Ptyas mucosus

Ptyas mucosus
Species : Ptyas mucosus 
N.I. : Banded Rat Snake, Bandotan Macan, ular dumung macan (Jawa) 
Ciri-ciri: 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan atau kehijauan (olive) 
  • Terdapat garis-garis vertical hitam pada begian kepala (bibir) dan belakan 
  • Tubuh bagian ventral berwarna putih 
  • Mata bulat, besar,hitam 
  • Pada yang muda terdapat garis-garis terang pada bagian depan 
  • Panjang ± 50 mm – 2500 mm 
Habitat : Darat (semak-semak), persawahan/lading 
Aktivitas : Diurnal 
Tipe gigi : Aghlypa 
Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung 
Populasi : Sumatera, Jawa, Singapore, Malaysia, China Selatan, Si
am,Burma, 

5. Lycodon aulicus


Lycodon aulicus
Species : Lycodon aulicus Linne, 1754 
N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik – tiktik putih diseluruh tubuh 
  • Tubuh bagian ventral berwarna putih 
  • Kepalanya oval dengan leher bergaris putih 
  • Mata bulat besar 
  • Panjangnya ± 500 mm – 750mm 
Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah 
Aktivitas : Noctural, malam hari 
Tipe gigi : Aglypha 
Makanan : Cicak 
Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan 

6. Xenopeltis unicolor


Xenopeltis unicolor
Species : Xenopeltis unicolor Reinwald, 1827 
N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi (jawa) 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi 
  • Tubuh bagian ventral berwarna putih 
  • Kepalanya pipih 
  • Mata bulat besar 
  • Panjangnya ± 700 mm – 1000 mm 
Habitat : Darat, peliang (di dalam tanah) 
Aktivitas : Noctural, malam hari 
Tipe gigi : Aglypha 
Makanan : Ular, cacing, katak, tikus 
Populasi : Nias, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,

7. Gonyosoma oxycephala

Gonyosoma oxycephala
Species : Gonyosoma oxycephala Boie,1827 
N.I. : Red-tailed Racer, Dak Awu, Gadung Luwuk/Gadung Perak. 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga ujung ekor berwarna perak abu – abu 
  • Ekor berwarna abu - abu 
  • Kepala oval 
  • Mata horizontal, panjangnya ± 2500 mm 
Habitat : Pepohonan, arboreal 
Aktivitas : Diurnal, siang hari 
Makanan : Katak, tikus, burung, telur 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

8. Dendrelaphis pictus

Dendrelaphis pictus
Species : Dendrelaphis pictus 
N.I. : Painted Bronzeback, Ular Tampar (Jawa), Ular Tali Picis, Ular Lidi 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh coklat dan ada 2 garis hitam memanjang dari kepala ke ekor 
  • Bagian bawah terdapat garis kunig memanjang hingga ekor 
  • Jika marah, muncul bintik putih di leher 
  • Lidah berwarna merah 
  • Kepala oval 
  • Mata horizontal, panjangnya ± 1000 mm 
Habitat : Pepohonan, arboreal 
Aktivitas : Diurnal, siang hari 
Makanan : Katak, tikus, belalang, cicak, jangkrik 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, sulawesi, papua 
Type bisa : Jika menggigit manusia tidak berbahaya, tetapi racun nya sangat mematikan untuk sesama ular. 

9. Xenocrophis piscator


Xenocrophis piscator
Species : Xenocrophis piscator Schlegel, 1837 
N.I. : Chequered Keelback, Bandotan Tutul dan Bandotan Tunggal (Jawa) 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna kuning atau coklat kehijauan (olive) dengan tanda hitam berbentuk S berwarna hitam pada sepanjang tubuhnya atau garis-garis longitudinal 
  • Tubuh bagian ventral putih dan terdapat garis hitam pada tiap sisiknya 
  • Terdapat garis hitam pada bagian belakang mata 
  • Mata bulat besar 
  • Bila marah ular ini akna memipihkan tubuhnya ketanah 
  • Panjangnya ± 1100 mm – 1200 mm 
Habitat : 50% perarian, dekat kolam, sungai, sawah 
Aktivitas : Diurnal 
Tipe gigi : Aglypha 
Makanan : Katak dan ikan 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang 


ULAR BERBISA KELAS MENENGAH



1. Boiga dendrophila


Boiga dendrophila
Species : Boiga dendrophila Boie, 1827 
N.I. : Mangrove Snake, Ular Cincin Emas, Ular Taliwongso 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna hitam putih. 
  • Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan 
  • Labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam kecil 
  • Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal 
  • Panjangnya ± 2500 mm 
Habitat : Pohon, hutan bakau 
Aktivitas : Noctural, malam hari 
Tipe gigi : Ophistoglypha 
Makanan : Burung, telur, tikus 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore,Malaysia,Philipine, Siam, Nias
Tingkat Bahaya : 48 %

2. Dryophis prasinus

Dryophis prasinus
Species : Dryophis prasinus Boie,1827 
N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat). 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat 
  • Saat ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan biru 
  • - Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih 
  • - Tubuh bagian ventral berwarna hijau 
  • - Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing 
  • - Mata horizontal, panjangnya ± 2000 mm 
Habitat : Pepohonan, arboreal 
Aktivitas : Diurnal, siang hari 
Makanan : Kadal, katak 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,
Tingkat Bahaya : 43 %

3. Homalopsis bucatta


Homalopsis bucatta
Species : Homalopsis buccata Linne, 1766 
N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua gelap sampai hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan 
  • Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih 
  • Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam 
  • Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya 
  • Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya 
  • Panjangnya ± 1000 mm 
  • Jika marah memipihkan tubuhnya 
Habitat : setengah perairan, sungai, kolam 
Aktivitas : Noctural 
Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal 
Makanan : Ikan 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan

Tingkat Bahaya : 37  %

4. Enhydris

Enhydris
Species : Enhydris enhydris 
N.I. : Rainbow Water Snake, Ular Diwel, Ular Duwel (Jawa) 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh bagian dorsal berwarna coklat abu - abu, ada corak garis memanjang dari kepala hingga ekor 
  • Tubuh bagian ventral berwarna putih dan terdapat garis abu – abu memanjang hingga ekor 
  • Badan pendek, badan gemuk /besar 
  • kepala kecil berbentuk oval 
  • Panjangnya ± 750 mm 
  • Jika marah memipihkan badannya 
  • Gerakannya cepat terutama kalau di air 
Habitat : setengah perairan, sungai, tempat berlumpur 
Aktivitas : noctural 
Makanan : Ikan 
Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan 

Tingkat Bahaya : 36 %

ULAR BERBISA TINGGI


1. Ophiophagus hannah

Ophiophagus hannah
Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836 
N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java); Ular tedong selor (Kalimantan) 
Ciri-ciri : 

  • Hitam pekat atau abu – abu, putih, dan coklat dengan garis – garis melintang ditubuhnya, tergantung habitat. 
  • Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar 
  • Kepala oval, dengan sisik yang besar 
  • Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung habitat) 
  • Panjangnya hingga mancapai 6000 mm 
  • Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya mengembangkan lehernya. 
Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering 
Aktivitas : siang dan malam hari 
Makanan : ular 
Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan 
Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit

KEKUATAN RACUN,  92 % ( biasanya yang terkena gigitan peluang hidup hanya 8 % pada 5 menit pertama bila tidak langsung segera di obati)

2. Calloselasma rhodostoma

Calloselasma rhodostoma
Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827 
N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa), Ular Tanah, Ular Gibuk (Jabar) 
Ciri-ciri :  

  • Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher. 
  • Gerakannya agresif 
  • Kepala segitiga, dengan sisik yang besar 
  • Panjangnya hingga mencapai 1000 mm 
  • Jika marah akan membentuk huruf S 
Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput 
Aktivitas : siang dan malam hari 
Makanan : Tikus, kodok 
Populasi : Jawa, Sumatra

KEKUATAN RACUN 86 % ( biasanya yang terkena gigitan peluang hidup hanya 14 % pada 5 menit pertama bila tidak langsung segera di obati)

3. Daboia russelii



Daboia russelii
Species : Vipera russelii siamensis 
N.I. : Bandotan Puspo (Jawa), 
Ciri-ciri : 

  • Badan coklat dengan corak gambar membentuk oval tak beraturan, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher. 
  • Gerakannya agresif 
  • Kepala segitiga, dengan sisik yang besar dan kasar 
  • Panjangnya hingga mancapai 1000 mm 
  • Jika marah akan membentuk huruf S dan menyerang dengan gigitan 
Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput 
Aktivitas : siang dan malam hari 
Makanan : Tikus 
Populasi : Myanmar, Thailand, Cambodia, Vietnam dan Jawa

KEKUATAN RACUN 80 % 

4. Bungarus candidus


Bungarus candidus
Species : Bungarus candidus Linne, 1758 
N.I. : Malayan Krait, Ular Weling (Jawa), Oraj weling (Java), Ular biludah (Padang) 
Ciri-ciri : 

  • Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang tidak seragam 
  • Ekor runcing, badan cenderung berpenampang bulat 
  • Gerakannya lambat, tenang 
  • Kepala oval 
  • Bagian bawah berwarna putih polos 
  • Panjangnya hingga 2500 mm 
  • Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati 
  • Tubuh jika terkena sinar akan menyala 
Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair 
Aktivitas : malam hari 
Makanan : ular, belut 
Populasi : Vietnam, Cambodia, Thailand, Peninsular Malaysia, Singapore, Sumatra, Java, Karimunjawa Islands, Bawean, Bali and N Sulawesi; Kalimantan? 
Jenis racun : Neurotoxin

 KEKUATAN RACUN 85 % 

5. Bungarus fasciatus


Bungarus fasciatus
Species : Bungarus fasciatus Scheider, 1803 
N.I. : Banded Krait, Ular Welang (Jawa), Ular Belang, Oraj welang (Java) 
Ciri-ciri : 

  • Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang seragam dan melingkar penuh. 
  • Ekor tumpul, badan cenderung berpenampang segitiga 
  • Gerakannya lambat, tenang 
  • Kepala oval 
  • Panjangnya hingga 2500 mm 
  • Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati 
  • Tubuh jika terkena sinar akan menyala 
  • Jika marah akan melakukan gerakan patah – patah dan menyembunyikan kepala 
Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair 
Aktivitas : malam hari 
Makanan : ular, belut 
Populasi : Sumatra, Jawa, Kalimantan, 
Jenis racun : Neurotoxin

KEKUATAN RACUN 85 % 

6. Naja naja sputatrix
Naja naja sputatrix
Species : Naja naja 
Sub Species : Naja naja sputatrix Cantor, 1836 
N.I. : Black Spitting Cobra, Ular Kobra, Ular Sendok, Ular Dumung, Ular cabe; Ular sendok; Oraj bedul (Java); Puput (Maumere, Flores); Pupurupi (Ende, Flores) 
Ciri-ciri : 

  • Warna hitam/putih/coklat/merah tergantung asal habitatnya 
  • Tubuh bulat dengan kepala oval 
  • Gerakannya gesit dan cepat tidak takut pada musuh. 
  • Panjangnya hingga 2500 mm 
  • Jika marah akan mengembangkan lehernya dan berdiri hingga kira – kira ¼ panjang tubuhnya. 
  • Satu – satunya jenis ular yang bisa menyemburkan bisa nya hingga 3 m. 
Habitat : daratan, sawah, daerah rimbun lembab dan banyak lubang ditanah. 
Aktivitas : siang dan malam hari 
Makanan : tikus dan katak 
Populasi : Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Alor and Lomblen; Sulawesi? 
Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin 

 KEKUATAN RACUN 89 % 

7. Rhabdophis subminiatus


Rhabdophis subminiatus

Rhabdophis subminiatus
Species : Rhabdophis subminiatus 
N.I. : Red-necked Keelback, Pudak Bromo (Jawa), Ular Picung (Jawa Barat), Ular Pudak Seruni (Jakarta) 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh berwarna dominant coklat dari kepala hingga ekor 
  • Leher berwarna jingga, merah menyala dan hijau 
  • Badan berbintik putih 
  • Bagian bawah berwarna putih 
  • Ekor seperti terpacung atau perpotong 
  • Ukuran maksimal sepanjang 750 mm, diameter 10 mm 
Habitat : Darat 
Aktivitas : Diurnal, siag hari 
Tipe gigi : Ophistoglypha 
Makanan : Cicak, kadal, bunglon, dan katak 
Populasi : Semua pulau di Indonesia

 KEKUATAN RACUN 70 % 

8. Trimeresurus albolabris

Trimeresurus albolabris
Species : Trimeresurus albolabris 
N.I. : Truno Bamban (Jawa), Ular gadung; Ular hijau; Oraj bungka (Java) 
Ciri-ciri : 

  • Tubuh berwarna hijau dari kepala hingga ujung badan 
  • kepala segitiga penuh, bersisik keras 
  • Bagian punggung ekor berwarna merah. 
  • Jika marah membentuk spiral atau letter S untuk siap menyerang 
Habitat : pohon, di daerah dengan ketinggian hingga 3000 dpl 
Aktivitas : noctural 
Tipe gigi : solenoglypha 
Makanan : Tikus, burung, katak, telur 
Distribusi : Sumatra, Bangka, Java, Madura, Bali and Sulawesi

KEKUATAN RACUN 90 % 

9. Cacingituss buatmancingis

Cacingituss buatmancingis
Source : http://henzr.blogspot.com/p/jenis-ular-yang-tidak-berbisa-dan.html
Read More
Previous PostPostingan Lama Beranda